Halaman

Minggu, 24 Oktober 2010


Biografi Jendral Douglas Mac Arthur
Douglas MacArthur (26 Januari 1880 – 5 April 1964) adalah seorang jendral Amerika Serikat dan Field Marshal angkatan bersenjata Filipina. Ia adalah Kepala Staf Angkatan Darat AS pada tahun 1930-an dan kemudian berperan penting dalam Perang Dunia II. Ia ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945, dan kemudian menerima penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 2 September 1945.

MacArthur mengurus pendudukan Jepang dari 1945 sampai 1951 dan dianggap berjasa menerapkan berbagai perubahan demokratis. Ia memimpin tentara PBB di Korea dari 1950–1951 melawan invasi Korea Utara. MacArthur dicabut dari jabatan pemimpin oleh presiden Harry S. Truman pada April 1951 karena menentang kebijakan Truman dalam Perang Korea di depan umum. MacArthur bertempur dalam tiga perang besar, Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Korea.


ini-anak-istrinya-saat-di-manila1Douglas MacArthur dilahirkan di Little Rock, Arkansas pada 1880 ketika orangtuanya ditugaskan di sana. Ayahnya adalah letnan jendral Arthur MacArthur, Jr., penerima Medal of Honor, dan ibunya Mary Pinkney Hardy MacArthur dari Norfolk, Virginia. Douglas MacArthur adalah cucu dari politikus Arthur MacArthur, Sr. Ia dibaptis di Christ Episcopal Church pada 16 Mei 1880.


Ayah MacArthur ditugaskan di San Antonio, Texas, pada 1893. Di sana, Douglas bersekolah di West Texas Military Academy dan kemudian United States Military Academy di West Point pada 1898. Ia lulus pada 1903 dan diberi gelar “First Captain Of The Corps Of Cadets”. Ia kemudian pergi ke Filipina dan Jepang.


ini-arthur-macarthur-iv-anaknya2ini-istri-dan-anak-douglas2Ia menikah dengan Henrietta Louise Cromwell Brookson pada 14 Februari 1922, dan bercerai pada 1929. Ia kemudian menikah dengan Jean Marie Faircloth pada 30 April 1937 dan dikaruniai satu anak, Arthur, di Manila pada 21 Februari 1938. Nama anaknya Arthur MacArthur IV.

Rabu, 08 September 2010

Ditemukan Pulau Berusia Jutaan Tahun

“Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo saat memaparkan sejarah terbentuknya Pulau Papua.

Keberadaan Pulau Papua saat ini, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia ini hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65 juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.

Pada kurun waktu itu juga, benua Eurasia yang berada di belahan bumi bagian selatan pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

“Saat itu, benua Australia dengan benua-benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari Australia akan muncul di kemudian hari,” tambah sarjana geologi jebolan Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, pada 1986 ini.

Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, sambungnya, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi dengan kecepatan 2,5 km per juta tahun.

Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.

Akhirnya proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.

Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.

Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.

“Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru,” tambah peraih gelar master di bidang Economic Geology dari James Cook University, Townswille, Australia ini. Jangan salah pilih baca berita pilihan.

Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di daerah tropis.

Ditemukan Pulau Berusia Jutaan Tahun

“Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih menyatu dengan Australia,” jelas ahli geologi Fransiskus Benediktus Widodo Margotomo saat memaparkan sejarah terbentuknya Pulau Papua.

Keberadaan Pulau Papua saat ini, lanjutnya, tidak bisa dilepaskan dari teori geologi yang menyebutkan bahwa dunia ini hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Pada kurun waktu 240 juta hingga 65 juta tahun yang lalu, benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia, yang menjadi cikal bakal pembentukan benua dan pegunungan yang saat ini ada di seluruh dunia.

Pada kurun waktu itu juga, benua Eurasia yang berada di belahan bumi bagian selatan pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

“Saat itu, benua Australia dengan benua-benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari Australia akan muncul di kemudian hari,” tambah sarjana geologi jebolan Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, pada 1986 ini.

Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, sambungnya, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas permukaan laut. Tentu saja proses pengangkatan ini berdasarkan skala waktu geologi dengan kecepatan 2,5 km per juta tahun.

Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.

Akhirnya proses pengangkatan yang terus-menerus akibat sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.

Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.

Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan daratan Papua dengan benua Australia.

“Masih banyak rahasia bebatuan Jayawijaya yang belum tergali. Apalagi, umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang artinya adalah sebuah pulau yang masih baru,” tambah peraih gelar master di bidang Economic Geology dari James Cook University, Townswille, Australia ini. Jangan salah pilih baca berita pilihan.

Sementara keberadaan salju yang berada di beberapa puncak Jayawijaya, diyakininya akan berangsur hilang seperti yang dialami Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Hilangnya satu-satunya salju yang dimiliki oleh pegunungan di Indonesia itu disebabkan oleh perubahan iklim secara global yang terjadi di daerah tropis.

Jumat, 20 Agustus 2010

KODE KOTA DAN BANDARA DI PAPUA

• RSK - Bandar Udara Abresso, Manokwari
• AGD - Bandar Udara Anggi, Anggi
• AAS - Bandar Udara Apalapsili, Jayawijaya
• ARJ - Bandar Udara Arso, Arso
• AYW - Bandar Udara Ayawasi, Sorong
• BXB - Bandar Udara Babo, Babo
• BXD - Bandar Udara Bade, Merauke
• BXM - Bandar Udara Batom, Pegunungan Bintang
• NTI - Bandar Udara Bintuni, Bintuni
• BUI - Bandar Udara Bokondini, Jayawijaya
• DRH - Bandar Udara Dabra, Puncak Jaya
• ELR - Bandar Udara Elilim, Jayawijaya
• EWI - Bandar Udara Enarotali, Enarotali
• EWE - Bandar Udara Ewer, Merauke
• ILA - Bandar Udara Illaga, Paniai
• IUL - Bandar Udara Ilu, Puncak Jaya
• INX - Bandar Udara Inanwatan, Inanwatan
• SOQ - Bandar Udara Jeffman, Sorong
• FOO - Bandar Udara Yemburwo., Numfor Timur
• KBX - Bandar Udara Kambuaya, Sorong Selatan
• KCD - Bandar Udara Kamur, Asmat
• KBF - Bandar Udara Karubaga, Jayawijaya
• KEQ - Bandar Udara Kebar, Manokwari
• LLN - Bandar Udara Kelila, Jayawijaya
• KEI - Bandar Udara Kepi, Merauke
• KMM - Bandar Udara Kimaan, Merauke
• KOX - Bandar Udara Kokonao, Mimika
• LHI - Bandar Udara Lereh, Jayapura
• ZRM - Bandar Udara Mararena, Sarmi
• RDE - Bandar Udara Merdey, Manokwari
• MDP - Bandar Udara Mindiptana, Boven Digoel
• ONI - Bandar Udara Moanamani, Dogiyai
• LII - Bandar Udara Mulia, Puncak Jaya
• MUF - Bandar Udara Muting, Merauke
• NBX - Bandar Udara Nabire, Nabire
• OBD - Bandar Udara Obano, Nabire
• OKQ - Bandar Udara Okaba, Puncak Jaya
• OKL - Bandar Udara Oksibil, Pegunungan Bintang
• GAV - Bandar Udara Pulau Gag, Raja Ampat
• MKW - Bandar Udara Rendani, Manokwari
• SEH - Bandar Udara Senggeh, Keerom
• ZEG - Bandar Udara Senggo, Mappi
• NKD - Bandar Udara Sinak, Puncak Jaya
• ZRI - Bandar Udara Sudjarwo Tjondronegoro, Serui
• TMH - Bandar Udara Tanah Merah, Tanah Merah
• TXM - Bandar Udara Teminabuan, Teminabuan
• TMY - Bandar Udara Tiom, Jayawijaya
• FKQ - Bandar Udara Torea, Fakfak
• UBR - Bandar Udara Ubrub, Keerom
• KNG - Bandar Udara Utarom, Kaimana
• WET - Bandar Udara Waghete, Deiyai
• WMX - Bandar Udara Wamena, Wamena
• WAR - Bandar Udara Waris, Keerom
• WSR - Bandar Udara Wasior, Wasior
• RUF - Bandar Udara Yuruf, Jayawijaya
• UGU - Bandar Udara Zugapa, Paniai
• SOQ - Bandar Udara Domine Eduard Osok, Sorong

Senin, 16 Agustus 2010

Cagar Alam Cyclop

Pegunungan Cycloops ditetapkan menjadi cagar alam pada Tahun 1995. Digunakan pula, sebagai pusat penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Di sana terdapat berbagai jenis tumbuhan, hewan endemik dan serangga khas Papua. Sayangnya, dari waktu ke waktu, cagar alam ini semakin berada diambang “Tutup Usia”.
Cyclop merupakan nama yang diberikan oleh seorang tentara kolonial. Cyclop atau Robong Holo mempunyai makna yang berarti daerah atau hutan air (bahasa Sentani, red), Secara psikis nama ini bertujuan untuk membangkitkan niat menjaga Daerah Pegunungan Robong Holo dari kerusakan hutan yang akan berdampak terhadap siklus air. Kerusakan ini memang telah terasa memasuki paruh 2000 an, hutan di wilayah ini telah dibabat habis.
Ancaman kerusakan kawasan Cagar Alam Cyclop, ternyata juga mendapatkan perhatian serius dari Kepala Distrik Sentani. Dalam sebuah kesempatan, Drs. K Tokoro, M.Si, kala itu mengatakan, perubahan dan kerusakan hutan di Cyclop telah semakin mengkhawatirkan. Jika tidak ditangani secara serius, akan menggangu kehidupan masyarakat Sentani yang tinggal dikawasan kaki Gunung Cyclop. “Apabila tidak ditangani secara serius dengan peraturan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh, kerusakan Gunung Cyclop ini akan menjadi ancaman serius bagi kota Sentani,” ujarnya.
Diungkapkan, perubahan kerusakan lingkungan hutan ini sudah terasa pada hampir semua sungai. Dimana airnya mulai mengering dan meluap saat terjadi hujan. Dalam beberapa waktu, meski hujan sebentar, air yang meluap telah membuat sumber air minum keruh oleh endapan lumpur. Hal ini menurutnya, akibat aktivitas penebangan hutan dan pembukaan kebun secara liar di kawasan Cagar Alam Gunung Cyclop.
Seperti Tokoro, Direktur WWF-Indonesia Region Sahul Benja V Mambai mengungkapkan, menurunnya tingkat kejernihan air bersih serta berkurangnya volume sumber air di daerah hilir, di Sentani, diakibatkan adanya potensi kerusakan lingkungan alam di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS), utamanya di Kawasan Cagar Alam Cyclop Sentani.
“DAS adalah suatu wilayah daratan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut, dimana pengairannya sangat tergantung aktifitas daratan,” ujar Benja Mambai dalam seminar hasil study keadaan DAS Sentani dan Tami di Aula Fakultas Mipa Universitas Cenderawasih (Uncen), belum lama ini.
Jika DAS kondisinya telah mengalami kerusakan, kata Mambai, maka yang terjadi adalah titik-titik potensi penampungan atau penyimpanan air berkurang. Akibatnya yang terjadi adalah penurunan sumber-sumber air di kawasan hilir.
Sementara itu, Anggota Forum DAS Pemprov Papua, J.P Satsuitubun mengungkapkan, berdasarkan data yang diperoleh, luas lahan kritis di Sub DAS Sentani (Hubay) adalah 819 Ha atau 49,3% dari luas Sub DAS. Untuk mengatasi lahan kritis itu, berbagai upaya telah dilakukan tapi hasilnya belum maksimal. “Kekeruhan air sungai Hubay atau Jembatan Dua Sentani juga dipicu oleh aktivitas pendulangan emas dibagian Sub DAS serta penggalian batu pada lereng-lereng gunung,” sebut Satsuitubun dalam presentasinya.
Seperti halnya Mambai, Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, Gading Butar-butar mengatakan, saat ini Kawasan Pegunungan Cyclop yang menjadi sumber mata air bagi PDAM guna memenuhi kebutuhan air bersih di seluruh Kota Jayapura dan sekitarnya sudah kritis. “Kritis dalam hal ini maksudnya adalah kondisi alam dan hutannya yang sudah banyak yang dirusak oleh oknum yang bermukim di sekitar areal tersebut,” kata Gading di Jayapura.
Ia menjelaskan, saat ini kawasan yang sebenarnya merupakan areal konservasi tersebut telah berubah menjadi pemukiman warga yang berdampak pada dibukanya lahan baru sehingga mengakibatkan sumber air menjadi terganggu.
Kebanyakan warga yang bermukim di areal Gunung Cyclop, yang membongkar hutan, adalah mereka yang sehari-harinya bekerja sebagai petani. “Menurut data terakhir yang kami miliki, saat ini tercatat kurang lebih 5.230 orang yang sudah bermukim di sana,” ujarnya.
Gading mengungkapkan, jumlah debit air yang ada di Gunung Cyclops sebenarnya hanya sedikit, tetap sangat terbantu dengan banyaknya pepohonan di sana yang berfungsi menyimpan air, sehingga selama ini bisa dioptimalkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat. “Sekarang ini, pepohonan sudah banyak yang ditebang, saya khawatir kalau kondisi terus terjadi, masyarakat akan kehilangan sumber air bersih utama selama ini,” paparnya.
Ditambahkannya, dari 38 sungai kecil yang ada di gunung Cyclop, saat ini yang terus mengalirkan air tinggal 4 sungai saja. “Ini sudah jadi satu bukti nyata yang sangat membahayakan,” ungkap Gading.
Gading meminta perhatian semua pihak terutama Pemerintah Daerah Papua, dan Kabupaten Jayapura, untuk segera memberikan pemahaman atau relokasi kepada warga yang bermukim di kaki Gunung Cyclops. “Bagaimana penataan kota, ini menjadi sangat berperan penting,” ujarnya.
Untuk mengatasi kritisnya Cyclop, pernah sekali waktu, pada pertengahan Agustus kemarin, sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi Cagar Alam Cyclop, sejumlah mahasiswa Universitas Yapis Papua, Kampus Sentani Angkatan VI Tahun Akademik 2009/2010 mengadakan penghijauan. Mereka menanam 500 pohon rambutan di lereng Gunung Cyclop. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang diikuti 78 mahasiswa dari beberapa Fakultas Uniyap seperti, Hukum, Ekonomi, Fisip dan juga Agama Islam. Menurut Ketua Panitia KKL, Yosep Jek, kegiatan KKL yang diikuti Mahasiswa semester VII tersebut bertujuan untuk membangkitkan kembali Cyclop yang dilanda masalah. “Kita berharap dengan gerakan mahasiswa menanam pohon ini, warga lain di Jayapura juga dapat mengikutinya. Ini bertujuan untuk melindungi dan menyegarkan kembali Cyclop yang telah rusak,” ujarnya.
Penyegaran kembali Cyclop memang perlu sedini mungkin dilakukan. Jika tidak, ancaman atasnya tentu tidak akan berkesudahan. Sudah menjadi tanggung jawab dari semua warga di Papua untuk melindungi Cyclop dari kerusakan hutan.

INFORMASI OBJECT WISATA DI JAYAPURA

JAYAPURA

Jayapura is a provincial capital of irian jaya, a bustling city of over 2.163 847 population comprising locals and Transmigrants from other parts of Indonesia. The town has been founded by Dutch in 1910 and was named by hollandia. After irian’s integration into Indonesia it become kota baru, and again changed briefly to sukarnopura before assuming its current name Jayapura. After the world war 2, and development, launched on the island by government, the name of the town changed to be jayapura until today. “Jaya” means victory and “Pura” means fort, so Jayapura was a victory fort.
Papu has been split into two provinces in 1999 West irian with the capital of manokwari, and papua the main province with the capitalof Jayapura. Papu situate in the eastern part of Indonesia, covering an area of 410.000 square km spanning from lowland and swamplands. Around 75% live in rural area and remote area, there are 253 tribe and ethnics, and every tribe has their own language. Generally the language is classified in two major categories, Austronesian and Non Ausronesian. This city is unique with the topography with shapely circling downtown followed by the sea shore line and road up and down the hills slope.

Hamadi Beach

The beach was landing site for allies in the world war II (April 22, 1944) under the commend General Douglas McArthur. 217 War ships and 80.000 men, led by 50,000 American and Australian combat troops landed here in the summer 1944. only in four short months allies had defeated Japanese and conquered all the north coast of irian. After the war end all the vintage tanks and landing craft left behind and now layed rusted along it’s almost 2 km long beachside

Skyline

Situated on hill top, on the main road from jayapura to sentani, stood few meters across the main road in front of jayanti park, is a pura or hindu temple. Further to the right is a vihara or buddhst temple. Enggros and tobati are two traditional villages in yotepa bay underneath. Stilt house and fishermen boats are picturesque from here.

Lake Sentani

The lake is located in sentani district, cover an area of 9.360 ha with the height of 75 m above sea level.and The community characteristic stilt housing at the banks of the lake.the only path to connect each house is by wooden bridge. Sentani tribe who have been settle the island and the surrounding areas hundred years ago, were known for their bright and colorful wood carvings and painting bark cloth. But today only few old men in the village doing wood carving, but we still see their canoes and paddle carve in fish or lizar’s motif, around 75% of local people on the islands area fisherman, the rest 25% work in the government and small private business office in town.


Monument General McArthur

This monument was built on a hill top called ‘Pelway mogho’ by the sentani people and popular with the name ifar gunung it is a historical value as a symbol and testament to the mighty of American at Allied forces under the commend of General McArthur
When the monument built?
What activities of McArthur during living on the top of mountain?
Who had built the monument?
How long he had been lived there?

Pepera monument

This monument was built to commemorate the declaration of the act free choice in 1969. in Indonesian language they use the acronym PEPERA when referring to this. The plebiscite was hold 6 years after the United Nation had passed irian jaya / now papua over to Indonesian control in APO. The first allied army post, 500 m from the center of papua.

Museum

The loka budaya museum of Cendrawasih university has a good of collection 1.885 cultural materials for all regencies in papua which consist of:
1. House hold equipments
2. Traditional arts
3. The instrument of money that connected with the earn of living like forming equipment
4. Dress and accessory
5. War equipment
6. Paying tools
7. Sacred materials
8. Transportation tools




Yotefa Bay

This Bay stand three village called Enggros, Tobati, and Nafri. Traditional live and old customs are still alive. There are variety customs which you can observe for example the inauguration of village head, titled house, rowing races and traditional ance.








Wamena

Jayawijay regency with the capital wamena, situated in the interior of papua island, exactly lies in a marvelous valley called Baliem valley, stretches some 80 km from one to another end. The maximum width is less than 20 km. surround by a forest clad mountains, it is patch work of well kept gardents, irrigations, channels, terrace mountain slopes and ‘honay’ tipical local houses, almost totally isolated from the rest of the world save from reliable air link with jayapura, the provincial capital. Dani tribe is the native of baliem valley who are popular as skilled farmer the stone, axe, scraper, knife of animal bone, bamboo spear and digger stick are the basic tools of them.

Killing Pig Attraction

This attraction presented to show how to hunt and kill pig with bow and arrow. After killing, the pig will be tied and prepared to cook in their style in earth oven on the heated stones called SNIHELEP.

Traditional house

The traditional house in wamena, the round shaped housings with coarse grass roofs, wooden walls without windows called honay by wamena people.

Baliem river hanging bridge

This bridge was formerly built by the local people in traditional style to pass Baliem River. Now it is changed from rattan to steel wire, it is 90 m long, located in wesaput 2km from wamena town.

Senin, 09 Agustus 2010

CONTOH surat penawaran brosur

Jayapura, 23 February 2010

Kepada, Yth:

Pimpinan Travel Dwiputra Tour And Tavel

Di

tempat


Dengan hormat,
Bersama ini kami dari Papua Adventure Tour dan Travel mengajukan Brosur Paket Tour Kuala Lumpur – Bangkok dan Baliem Valley Package Tour (Wamena). Dan sekiranya dapat di promosikan dan tawarkan kepada tamu. Mengenai Harga paket tour masing-masing dapat di lihat di brosur
Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Hormat kami,

Rudy L
Tour Department
Nb:
• Khusunya Paket Tour Kuala Lumpur – Bangkok komisi Rp. 500.000/org
• Balliem Valley Tour (Wamena) disesuaikan dng Durasi (hari) tour tamu tsb.

Tambang Bawah Tanah



Block caving merupakan cara dengan biaya rendah untuk melakukan penambangan bawah tanah, di mana blok-blok besar bijih bawah tanah dipotong dari bawah sehingga bijih runtuh akibat gaya beratnya sendiri. Setelah runtuh, bijih yang dihasilkan "ditarik" dari drawpoint (titik tarik) dan diangkut menuju alat penghancur.

Pada block cave DOZ, alat LHD (loader) meletakkan lumpur ke dalam ore pass yang menuju saluran pelongsor. Selanjutnya saluran tersebut memuat truk-truk angkut AD-55 pada tingkat angkutan untuk mengangkut bijih ke alat penghancur. Dari sana, bijih yang telah dihancurkan dikirim ke pabrik pemroses (mill) melalui ban berjalan (conveyor).
Tambang Bawah Tanah DOZ

Pengembangan tambang bawah tanah DOZ (25.000 ton/hari) telah diselesaikan 18 bulan di muka jadwal dan di bawah anggaran. Tidak lama setelah keberhasilan tersebut, selanjutnya perluasan menjadi 35.000 ton/hari pun segera selesai, di muka jadwal dan tepat anggaran.

Kami tengah memperluas tambang DOZ hingga 50.000 ton/hari dengan memasang alat penghancur yang kedua serta ventilasi tambahan maupun percepatan berbagai kegiatan pengembangan tertentu yang biayanya mencapai kurang lebih $60 juta AS. Kami berharap dapat menghasilkan produksi yang berlanjut pada tingkat 50.000 ton/hari hingga 2007. Seiring dengan ramp down DOZ, maka kegiatan bawah tanah mulai ramp up pada ESZ dan/atau MLZ.

Kami mengantisipasi peningkatan perluasan hingga 80.000 ton/hari. Perluasan tersebut dapat mempercepat perolehan kandungan metal dari tambang bawah tanah. Tampaknya angka-angka awal menunjukkan keuntungan ekonomis yang sangat menarik.
Common Infrastructure

Sebagai bagian dari rencana pengembangan jangka panjang, kami telah memprakarsai pekerjaan sehubungan dengan jalan masuk yang diperlukan untuk menuju ke badan bijih bawah tanah Grasberg dan Kucing Liar. Tambang bawah tanah tersebut seharusnya mempunyai profil operasional yang menarik dibanding tambang lain di dunia.

Pengembangan dari badan bijih tersebut akan membuka peluang untuk merealisasikan nilai yang signifikan setelah usia tambang terbuka Grasberg berakhir, sehingga memungkinkan secara operasional untuk mensinergikan sarana dan infrastruktur mill yang ada serta menyediakan penambahan arus kas dalam jangka panjang.
Big Gossan

Kami tengah mengupayakan pengembangan cadangan Big Gossan, yang letaknya relatif dekat dengan sarana mill yang ada. Dikarenakan bentuk geometri dari cadangan tersebut, Big Gossan paling sesuai untuk ditambang secara selektif dengan menggunakan metode open stope with paste backfill. Bijih yang ditambang diangkut ke pengolahan dengan memakai sarana mill yang sudah ada sebelumnya sama seperti bijih dari DOZ.

Pengembangan pada tahun 2005-2009 diperkirakan akan menghabiskan biaya $225 juta AS. Tambang akan mulai berproduksi pada tahun 2009 dan akan mencapai produksi tertinggi 7.000 ton/hari pada tahun 2011. Big Gossan diharapkan menghasilkan logam tambahan sebesar kurang lebih 135 juta pon Cu dan 65.000 ons Au setiap tahun.

Kamis, 05 Agustus 2010

Indahnya Danau Sentani di Bumi Cenderawasih

Siapa bilang Papua atau pulau yang terkenal dengan sebutan “Bumi cenderawasih” ini hanya berisi bukit-bukit, hutan dan cuaca panas saja??? Pulau ini juga punya wisata bahari yang tidak kalah dari wilayah-wilayah lain di Indonesia. Salah satunya adalah Danau Sentani.
Tidak kurang dari empat belas kabupaten di Papua mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri bagi anda yang berkunjung. Banyak pilihan yang bisa anda kunjungi, ada wisata bahari yang mempersembahkan taman laut yang mempesona, wisata budaya, sejarah dan terlebih wisata fauna dan flora yang mungkin tidak bisa anda temui ditempat lain seperti burung cenderawasih.

Semua tempat wisata yang mengagumkan ini masih sangat alami. Dengan peradaban masyarakat pedalaman yang masih primitive, menjadikan Papua sebagai sebuah tempat wisata yang sangat menarik perhatian para wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal.
Kota Jaya Pura yang dulu dikenal dengan nama Hollandia terdapat sebuah museum yang menyediakan berbagai informasi budaya di Papua seperti ukiran dari berbagai kabupaten, alat perang, tenunan dan tarian adat, serta berbagai ritus dan peninggalan purbakala.
Danau Sentani
Di Sentani juga terdapat tugu Jendral Douglas Mc Arthur peninggalan Perang Dunia II. Di sebelah utara monument Mc Arthur, pada ketinggian 325 meter terdapat dataran pegunungan Cyclop dengan puncak Gunung Dofonsoro. Daerah ini sangat indah dan dahulu kala tempat ini merupakan pangkalan pertahanan Mc Arthur.


Danau Sentani di Papua terletak antara 20.33 hingga 2041 LS dan 1400.23 sampai 1400 38 BT. Berada 70 – 90 m diatas permukaan laut. Terletak juga diantara pegunungan Cyclops. Merupakan danau Vulkanik. Sumber airnya berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay. Diwilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam. Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo. Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka. Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus). Pada per-airan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar 9.360 Ha dengan kedalaman rata rata 24,5 meter. Disekitaran danau ini terdapat 24 kampung. Tersebar dipesisir dan pulau-pulau kecil yang ada ditengah danau.


Danau Sentani merupakan danau terbesar di Provinsi Jaya Pura. Lokasi bersejarah ini, menawarkan scenery yang luar biasa. Masih adanya beberapa Bangau dan Elang yang akan menyambar seekor ikan di Danau Sentani. Anda pun disediakan sebuah perahu Johnson saat mengelilingi danau tersebut.
Sayang Danau Sentani masih kurang terkenal sebagai salah satu objek tujuan wisata dibanding dengan tempat-tempat wisata bahari lain di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah membuat satu event berjuluk Festival Danau Sentani sebagai langkah memperkenalkan Sentani di mata wisatawan baek dalam maupun luar negeri.
Festival Danau Sentani
Festival yang diselenggarakan setiap tahun ini dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya sebagai aset unik dari Ondoafi dan dijadikan satu paket wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan domestik dan asing.

Pada festival ini akan ditampilkan Budaya yang sangat unik sebagai warisan dari nenek moyang (Ondoafi atau Ondofolo) antara lain seperti Tari Perang Di atas perahu dan tarian-tarian tradisional lainnya dari berbagai suku yang ada di Kabupaten Jayapura ditambah lagi dengan budaya dari daerah-daerah lain di Papua dan juga daerah lainnya di Indonesia yang mempunyai ciri hampir sama dengan danau sentani seperti masyarakat di sekitar Danau Toba di Sumatera, Danau Mindanao di Sulawesi Utara, danau Tempe di NTT dan sebagainya.


Festival Danau Sentani: Maskot Pariwisata Papua

Menteri Budaya dan Pariwisata Jero Wacik Membuka Festival Danau Sentani

Banyak orang lebih mengenal Suku Asmat dan lembah Baliem di Wamena yang menjadi tujuan wisata di Papua. Padahal Jayapura juga memiliki obyek wisata yang cukup banyak, seperti pemandangan alam di gunung Siklop yang menjadi paru-paru dunia sampai wisata sejarah berupa peninggalan perang dunia ke II. Tetapi jangan lupakan danau Sentani yang menyimpan banyak potensi dan kini dijadikan maskot pariwisata Papua .

Danau seluas 9.300 ha di ketinggian 75 meter dari permukaan laut ini memiliki panorama yang menakjubkan dengan perkampungan penduduk asli di sekitarnya. Terdapat 22 suku dengan bahasa dan tradisi yang berbeda. Seluruh kekayaan budaya inilah yang ditampilkan dalam Festival Danau Sentani yang sedang berlangsung sejak 19 hingga 21 Juni ini, dan dibuka oleh Menteri Pariwisata Jero Wacik.
Festival ini adalah festival seni pertama yang akan nantinya akan menjadi agenda pariwisata nasional tahunan di tanah Papua. Bahkan Jero Wacik telah mengarahkan agar itu semua foto promosi pariwisata nasional akan menampilkan Danau Sentani dengan keindahan alam dan budaya masyarakatnya yang amat memukau.
Pergelaran Budaya Festival Danau Sentani ini juga berfungsi menyemarakkan agenda pariwisata nasional Visit Indonesia Year (VIY) 2008. Festival ini juga ditujukan untuk menjadi pionir penyuguhan atraksi wisata danau di Indonesia. Itu sebabnya Menteri Pariwisata Jero Wacik mengundang setiap dinas pariwisata di daerah yang memiliki danau untuk hadir menyimak dan belajar dari kegiatan yang dilaksanakan untuk pertama kali ini.
Sementara itu bagi Bupati Jayapura Habel Suwae, pertunjukan akbar ini merupakan langkah awal untuk menjadikan Sentani, ibukota Kabupaten Jayapura, sebagai tempat tujuan utama wisata di Papua dan Indonesia tahun 2009.
Festival budaya adalah agenda pariwisata yang utama di Papua dan telah berlangsung beberapa kali. Festival Budaya yang pertama adalah Festival Lembah Baliem di Kabupaten Jayawijaya yang menampilkan tradisi masyarakat Pegunungan Tengah dan telah berusia sembilan tahun. Festival berikutnya adalah Festival Budaya Asmat. Festival Danau Sentani menjadi festival yang ketiga.
Sebanyak 1.200 penari dari 24 kampung yang ada di danau Sentani, masing-masing kampung diwakili 50 penari, terlibat dalam Festival Budaya Danau Sentani ini. Kampung-kampung itu di antaranya adalah kampung Yobe, Hompolo, Yahim, Ifale, Asei, Dondai, Yoboy, Ayapo, Yahim,Puay, Yoka, Yahim, Doyo, Babrongko, Hobong, Sere, Atamali, Kwadware, Rebali, Neta/Nendali, Yakonde, Waena, Putali, Sosiri, Doyo Baru. Beberapa Kampung Ondoafi di sekitar pesisiran danau akan menampilkan budaya yang unik ciptaan leluhur Ondoafi dan Ondofolo, berupa menari dan berperang di atas perahu.
Festival Danau Sentani ini sekaligus merupakan pelestarian nilai-nilai budaya yang menjadi kekayaan khas Sentani. Sementara itu ketua Panitia Festival Danau Sentani (FDS) Maurits Felle, menjelaskan, bentuk kesenian yang akan ditampilkan pada FDS ini seperti tradisional baik berupa tari, musik dan lagu dengan tampilan asli dan hidup dan berkembang secara alami, budaya yang telah dijaga dan dilestarikan masyarakat adat Sentani secara turun-temurun.



Contoh tarian yang ditampilkan adalah Tari Kikaro atau Tari Sanjungan, tari tradisional asli masyarakat adat Kampung Dondai, Distrik Waibu Kabupaten Jayapura. Ada juga tarian Isosolo yang berisi cerita rakyat setempat, bahkan ada juga atraksi menari bersama buaya.
Selain itu dalam festival ini juga dipamerkan aneka benda adat milik suku-suku di Sentani dan sekitarnya, termasuk benda-benda berharga seperti mas kawin, manik-manik milik Ondofolo dan Ondoafi (kepala suku), serta senjata tradisional.


Sejumlah warga dari sekitar danau Sentani menari diatas perahu yang membawa mereka ke lokasi Festival Danau Sentani di kampung Asei, Sentani, Jayapura, Papua (19/6).

Tiga Acara Utama Dalam Tiga Hari
Ada tiga acara utama selama tiga hari penyelenggaraan festival. Dimulai dengan Menari Di Atas Perahu pada hari pertama yang diikuti sekitar 1040 peserta dari 26 kampung adat (ondoafi). Sedangkan pada hari kedua yaitu 20 Juni digelar acara Berperang Di Atas Perahu yang diikuti 600 orang dari 20 kampung adat, dan pada hari ketiga yaitu 21 Juni dilakukan Parade Budaya di atas perahu dan di darat.

Selain itu akan dilakukan upacara sakral masyarakat Sentani seperti penobatan Ondoafi.
Nampaknya inilah bukti dari komitmen pemerintah untuk menjadikan Jayapura sebagai kota budaya dan pariwisata. Festival ini telah dipromosikan hingga ke Berlin, sedangkan di tingkat nasional telah dipromosikan di Bali dan Jakarta.

Rabu, 28 Juli 2010

Pengembangan Wisata Jayapura Masih Terabaikan

PENGEMBANGAN potensi wisata Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua, masih terabaikan. Padahal, danau seluas 9.360 hektar ini menyimpan beragam kekayaan budaya yang dipadu eksotisme alam khas Papua. Budaya di Danau Sentani sangat memikat, belum lagi potensi wisata kuliner terapung, dengan latar belakang keindahan alam Bukit Cycloops.
Festival Danau Sentani III yang akan berlangsung 19-23 Juni 2010 diharapkan membuka ruang transformasi budaya yang bisa menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata.
Menurut Konsultan pariwisata di Jayapura, Mian Simanjutak mengatakan, kendati hanya berjarak 30 kilometer sebelah barat pusat kota Jayapura, pengembangan pariwisata Danau Sentani belum optimal. Padahal, wilayah ini menyimpan beragam seni, adat, dan budaya yang menarik serta dapat dijadikan paket wisata bagi wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Berdasarkan pengamatan di Danau Sentani, gugusan pulau yang tersebar di danau ini memiliki karakteristik budaya masing-masing. Salah satunya Kampung Babrongko yang terkenal dengan ukiran kayu khas Sentani. Selain itu, ada budaya membuat perahu khas Sentani yang disebut ifa (perahu untuk pria) dan hayi (perahu untuk perempuan).
”Budaya di Danau Sentani sangat memikat. Belum lagi potensi wisata kuliner terapung, dengan latar belakang keindahan alam Bukit Cycloops. Namun, butuh investasi besar dan transformasi pengetahuan tentang wisata kepada penduduk asli,” kata Simanjuntak.
Untuk itu, seharusnya Festival Danau Sentani tidak hanya menjadi ajang seremonial tahunan, tetapi mampu mengenalkan konsep daerah wisata kepada masyarakat lokal. Ia menilai, saat ini sebagian masyarakat belum siap menerima kedatangan wisatawan sehingga dibutuhkan waktu untuk menyadarkannya akan pentingnya pariwisata.
”Jangan sampai masyarakat hanya menjadi penonton saat wisatawan datang. Jika itu yang terjadi, ada potensi masyarakat melakukan tindakan negatif, seperti merusak obyek wisata. Warga asli harus dilibatkan dan diberi pemahaman bahwa dengan cara yang tepat, kekayaan alam di lingkungannya dapat meningkatkan kesejahteraan,” katanya.
Festival Budaya Danau Sentani 2010 akan dipusatkan di kawasan wisata Kalkhote, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, dan rencananya akan dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.
Tiga konsep
Menurut Ketua Panitia Festival Danau Sentani 2010 Anna Sawai, festival kali ini akan menampilkan tiga konsep, yakni pergelaran, pameran, dan tur. Selain itu, akan ditampilkan festival budaya berbasis masyarakat.
Kegiatannya adalah tari kolosal adat Sentani, lomba budaya, lomba olahraga air, gema tifa kolosal, promosi dan pameran potensi ekonomi, kuliner khas Papua dan Nusantara, kerajinan rakyat Papua, pesona anggrek, dan tanaman hias khas Papua. Wisatawan juga diajak mengelilingi Danau Sentani, perjalanan ke kampung wisata laut Tablanusu, seremoni tugu sejarah Perang Dunia II di Genyem, hingga melihat pesta kembang api.
Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae mengatakan, Festival Danau Sentani tahun ini mengangkat tema Loving Culture for Our Future. [Kompas.com]

PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI JAYAPURA

Senin, 05 Juli 2010